NavBar

Friday, December 17, 2010

Terima Kasih

terima kasih untukmu dariku wahai sang pemberi doa,
yang maknanya kuanggap tiada tara di dunia ini yang hampir sirna
kau putuskan segala rasa penuh asa
di dalam jiwa yang tak lagi bernyawa, kurasa
kau hancur luluhkan rasa putus asa,
meleburkan tiang-tiang kokoh gubuk derita yang ada di dada
terima kasih untuk si pengucap doa
pabila boleh bertanya, kawanmu ini mau berbicara
bukanlah sebanyak buku karya Andrea Hinata, tapi ini hanya sepatah kata
maaf jika aku tak mampu memberikan apa-apa
karena inilah aku yang sedang dirudung derita
bukan maksud hati melemahkan saudara, tapi untuk motivasi anda


selamat jalan dan sukses selalu wahai si bibir manis yang tengah bahagia
gelapnya dunia takkan membuatmu jauh dari cahaya,
cahaya syurga karena menghantarkan doa untuk si penderita
walau tak banyak bicara, tetapi satu kata 'a' membuatku bahagia
kebesaran makna. besar gunanya


wahai sang peluluh luka..
tak ada yang membuatku merasa bahagia tanpa saudara..
yang siap bersedia memberikan penawar sang mafia derita
hidup ini kurasa tiada, tanpa anda si peguasa jiwa
jangan lagi kau katakan 'tidak' untukku ya??
kebahagiaanmu adalah kebahagiaanku,
kesedihanmu adalah kesedihanku juga
tapi aku tak mau memaksa, jika sedihku adalah sedihmu juga
karena inilah aku yang selalu merasa putus asa
dahulu.... itu kisahnya

*****

maafkan daku jikalau tak bisa bersama lagi, seperti biasa...
walau ini tak baik jika kau lihat,janganlah sekali kali kau baca
karena itu hanya akan membuatmu menderita
melihat segelintir kata yang tak ada maknanya
ingat!! jangan lagi kau berputus asa
apalagi merasa tak berharga
walaupun kau tengah dibalut derita,
tapi yakinlah hanya Tuhanlah yang selalu ada
menemani kita meski tengah berkutat dalam lembah derita dunia nyata
aku juga akan selalu ada,, jika waktu memang ada
sampai jumpa di masa tua yaaaa...
untuk terakhir kalinya, yuk kita tertawa bersama..
hahahahaaaaa....^,

Mr. L 2619 S

Mr. L 2619 S
oleh Idoem Moedzy Tegaly pada 11 November 2010 jam 12:36
Pukul 12.07 mataku terarah ke penunjuk waktu dipojok kanan atas hapeku, meski harus menutupi dgan telapak tanganku karena panasnya udara disekitaran stasiun kediri. Ketika itu pula aku mulai beradaptasi dgan mereka yang duduk bersebelahan. Terkadang hanya berbicara mengenai tjuan pemberangkatan dan sedikit cerita keluh kesah akan kedahsyatan merapi. Hingga disaat perbincngan itu pula kutertju pada papan penunjuk arah. Tepat dimana sejauh arahku memandang berarahkan malang, jember, dan banyuwangi. Masing2 beridentitas 138 km, 338 km, dan 450 km. Tak luput juga sesegera kumencri kemana arah tjuanku. Membelakangiku arahnya, surbya, bandung, dan jakarta. 116 km, 641 km, dan 751 km. Mataku sdikit terperangah dan memulai membngun gambran perjalanan diatas kepalaku. Hemmm... Ternyata tjuanku paling jauh. Tapi byangan itu hanya slide biasa dan terpecahkan oleh suasana kegaduhan di stasiun itu. Mataku kembli berjalan mengitari setiap sudut bgunan itu. Pdagang pastilah kumenemukannya. Pasangan muda mudi yang terkdang menggelitik suasana hati. Hwuz.. Asap rok0k pengganggu. Jam aneh berangka r0mawi yang sulit kubCa. IIV sdikit c0nt0h kebingunganku. Angka yang seharusnya VII (7) itu berptar 180 drajat. Tapi tak kupikirkan terlalu jauh, meski terkdang kumerasa waktuku terbuang karena memikirkannya. Siapa si pembuat jam itu?? Kumenyernyitkan dahi..
Saat ini Apa yang kulhat berbeda jauh dgan apa yang aku rasakan dan alami. Meski trkadang menyayat hati, tapi bagiku dialah uTusan sang iLahi. Seharusnya sejak aku menginjakkan kaki di stasiun ini aku ceritkan, tetapi kutu air seakan akan mencemari semua. Bukan hanya mencemari selangkangan kakiku, tetapi juga pikiranku yang saat itu bahagia bercampur kekhawatiran yang luar biasa. Bukan maksud hati melebihkan kata-kata, tetapi memang ini benar adanya. Mr. L 2619 S. Telah menghantarkanku dgan keikhlasan. Entah aku tak terlalu berfikiran jauh kenapa ia melakukan itu. Hanya saja aku cuma bisa mengucpkan syukur kpd Allah. Inilah rejekiku kutemukan.

Raja Singgasana Malam

Sunting
Raja singgasana malam
oleh Idoem Moedzy Tegaly pada 08 Desember 2010 jam 22:26
Malam yang smakin menepis kehangatan mentari kurasakan
binatang2 malam berdecit menyuarakan kemenangan kehdupan kaum mereka,
berdecit dan bergumul berharap mendapatkan auman bak srigala di rahim malam,
sarung yg kian menipis mash saja tak bsa menahan siukan angin malam,
menggigil dan menggumpal tbuhku dibuatnya,

mata yg nampak sayu pertanda dia telah berhasil merayuku,
sekedar untuk melewati mimpi, walaw hanya sepintas kulalui
tapi aku sadar, hanya dgan lewat mimpi aku bisa menghbur diri
bukan karena kerasnya khdupan, tetapi karena memang diriku yg ingin dimanja sesekali,
mimpi indah yg tentunya berbuah manis kuinginkan,
sudah pasti berbingar parasku dibuatnya kala semuanya berakhr,
dibuatnya penyesalan batin kenapa harus terbangun..
Dirindukan oleh dewa perasaan dlam ruh dan jasad yg melayang melalang buana mencari si penghbur malam sunyi.

Aku belum mampu pejamkan mata sepenuhnya,
sayu itu masih, walau sesekali terbuka hanya sekedar untk menyernyitkan dahi,
jauh diatas dahi kugambrkan mimpi yg akan terjadi,
aku memang bukan raja mimpi yg sesuka hati meminta,
tapi aku se0rang pecandu mimpi yg ingin bercerita disana,
tentang siang dan malam yg menemani,
tentang musim daun daun yg berguguran oleh hujan dan tumbangnya pohon melinjo di samping rumah,
aku memang hanya bisa berandai,
kini aku menanti malam, berjumpa dgan raja dan ratu penguasa mimpi saat kumulai merapatkan angan..

Karena Kusanggup

Aku terpisah, membaur bersama orang2 yang tak kukenal sama sekali,
bungkam tapi terkadang tertawa, walaw hanya untk membuat org terhbur,
hati teriris remuk menjadi puing puing yg tak tersisa siapa tahu,
setetes air harapan tengah dipenghujung penantian,
rindu penuh pilu, kubertahan menunggu
meski memang tak pasti aku memilikimu.

Aku telah dwasa,
aku mengenal kata cinta karenamu,
aku mengenal kata rindu karenamu,
aku bertahan karenamu,
kamu... Yang akan kupimpin,
tunjuklah aku sbgai pemimpinmu,

B A P A K

Pa.. Ini putramu, muzi.
Bukan putra kesayanganmu, bukan pula putra kebnggaanmu. Memang dedikasimu begitu besar untuk zi. Kau ajari zi bgaimana cranya untk hdup dlam keterbtasan, bgaimana cranya hdup bermasyarakat, bgaimana cranya hdup ala "gue". Sesuka kita bertindak asal kita senang dan bnyak dikenal tetangga. Untuk "gue" zi tdak menyetujui itu pa,, itu pengecut menurut zi. Bgaimana bisa qt meninggalkan masalah yg justru harus qt genggam dan hancurkan?? Qt pemimpin pa, tak baik kalau sdikit api di dpan mata saja kau lari entah ke mana anakmu ini mencri tak ada.
Pa,, aku ingin berbeda dgan 2 saudara laki lakiku. Aku tak ingin menyamai mereka. Langkah hdup mereka yang hanya bisa kau serahkan bgitu saja. Tapi jangan kau tanyakan aku ingin jadi apa, karena sampai saat inipun aku tak tahu. Bapak tentu tahu pula bhwa cita citaku hanyalah umbaran ambigu, yang tak jelas dan slalu berubah ubah, bpak tentu ingat smasa kecilku dulu, aku mengatakan ingin menjadi p0wer rangers biar bisa membela keluarga kalo ada m0nster menyerang. Bpak tertawa disana. Sdikit pemberitahuan, aku malu pak, anakmu ini seperti tak punya plhan lain saat kau tanyakan cita citaku yg lainnya. Menjadi polisi. Bukan keinginanku pa, itu semata untk membungkam tertawaan bpak. Aku ingin sdikit membwat bpak bhagia meski palsu dariku.
Bapak, aku, anakmu ini skarang sudah dwasa. Lihatlah bulu dibwah hdungku, tumbuh subur meski samar samar. Di daguku apalagi pa, bulu kesayanganku tumbuh. Jumlahnya mash sdkit. Baru enam biji kalau bpak mau menghtungnya. Bpak sudah tahu kedwasaanku bukan? Aku berharap tak ada lagi paksaan langkah hdup anakmu ini. Tapi, semua sumbangsihmu tentulah mash kuterima. Bpak, anakmu ini sudah menancpkan impian yg terdlam. Bukan menjadi p0wer rangers tentunya, yg bru kusadari leluc0n masa kecilku yg luar biasa. Bukan pula menjadi se0rang p0lisi, seperti kbh0ngan kataku waktu itu. Bukan se0rang tentara, d0kter, ataupun tentara. Kenapa?? Tubuhmu mulai renta, uban di kepala juga mulai merata, keningmu mulai membentuk Kerutan kelelahan. Jantung yg melemah apalagy, tak kuasa aku untk memompa deras mengalirkan darah ke penjuru tbuh rentamu. Kita orang biasa. Terlalu sulit bila kucapai impian yg sulit itu. Karenanya, aku berkata tidak.

Friday, December 10, 2010

Genderang di pagi buta

Pandangan mataku mash kabur,

tak begtu jelas ktika menatap setiap sudut rumah,

bukan gelap, bukan jg mataku yg rabun,

tapi memang belum sempurna nyawaku bersatu,

setelah 8 jam lamanya kuserahkan pda Dia atas nama "Kematian sesaat"

dan kini aku kembali,

disambut pagi yg menyuguhkan sejuta wewangi segar,

pengusir kepenatan yg seharian tak mau pergi,

kakiku msh terlalu manja untk melangkah,

apalagi kelopak mata yg kurasakan msh sayu,

tak mampu kujembarkan scr sempurna,



pagy yg buta menyambutku yg msh dirundung luka,

tapi karenanya, kuanggap semuanya tiada,

hngga tak ada lg rasa ptz asa sendiri ataupun berzama mereka yg tercinta,,

genderang di pagy buta.. Sudah brang tentu menyambtku penuh ceria,

berhrap ada yg baru dr cerita hdup walaw hanya sebuah cerita cinta,

anak remaja.

Friday, December 3, 2010

Kembali

Lama sudah kita tak jumpa. maafkanku kawan, bukan maksudku melupakanmu, tetapi semuanya karena waktu. waktu yang membuat kita terpisah sesaat. waktu yang membuatku melupakanmu sesaat. waktu yang membuatku merasakan kesibukan dalam hidup yang teramat. tapi jangan kau khawatir sayang, tak lama aku pasti kembali, seperti saat ini. aku tak mungkin melupakanmu begitu saja. karena kau adalah tapak hidupku. jejak hidupku yang nantinya membuatku mengingat akan masa masa sekarang dan masa masa dahulu.
andai saja esok hari aku menjadi orang besar, sungguh aku takkan melupakan semua perjuanganku. tentunya hanya dengan melihatmu aku mengingatnya. hanya dengan mengunjungimu aku merasa kembali, menjadi manusia yang biasa biasa saja.
tapi andai kata aku tak ditakdirkan menjadi orang yang besar, aku tetap takkan melupakanmu. tapi aku tak bisa menjamin bisa mengunjungimu hanya sekedar mengingat masa masa laluku untuk saat ini. gambaran hidupku sudah tentu jelas ada padamu. sebagai saksi bisu yang akan membuat orang orang tertawa terbahak-bahak, dan pastilah kebanyakan mungkin akan sedikit tertegun dengan semua goresanku diatas tubuhmu. tapi jangan kita merasa berbangga kawan, karena dibalik semuanya mungikn ada saja yang menghancurkan kita. tapi kita anggap santai. semuanya biasa.
tapi andai kematian itu memisahkan kita, tak bisa aku berbuat lebih untukmu..
kawanku, jadilah saksi hidupku untuk anak cucuku kelak..