NavBar

Sunday, February 21, 2010

Dari Hati oleh Hidupku

Yang kulihat saat ini adalah dunia begitu kelam, seperti langit malam yang tengah mendung. Gelap dari yang tergelap. Dunia dan keadaan ini merubah nasibku, mengubah prinsip, dan segalanya. Mengubah tatanan hidup dan kodratku sebagai manusia yang pantang menyerah dan berjalan searah arus air. Tapi, kenyataan sungguh berbeda. Aku menentang keadaan ini. Ya, tentu. Aku menentang nasibku sendiri karena selalu dan selalu saja masalah datang menghampiri. Kebingunganku yang tak bisa aku terima dan aku hilangkan. Pedih memang saat ini aku rasakan.
Tekadku sebagai anak yang “ingin” dibilang berbakti kepada orang tua justru harus merebahkan sayapku, menerbangkannya tinggi-tinggi. Namun sunngguh tak kuasa aku untuk melakukannya. Sayapku mulai patah satu lembar, dua lembar, tiga lembar hingga saat ini yang tersisa hanyalah beberapa lembar saja sampai aku benar-benar dapat menggapai langit.
Kehilangan syap memang tak masalah bagiku, yang terpenting adalah aku mampu mewujudkan impian dan membahagiakan Orang tuaku. Berpakaian kemeja berdasi, bersepatu hitam mengkilap, hingga menjinjing tas hitam ala anak kantor. Bekerja berpegangkan computer dan lainnya. Itulah impianku, harapan dan semuanya segala cita-citaku.
Hingga waktunya tiba, sebuah proses yang begitu lama aku tempuh. Telah tiba saatnya aku mendapatkannya. Hanaya bermodalkan sebuah keahlianku di sma, aku diterima. Pekerjaannya cukup mudah. Dan tidak terlalu. Namun, entah kenapa tiba2 tak kuasa kuteteskan benih air mata hingga kemudian aku hapus, tapi tak mau berhenti. Terpisah dengan teman2, keluarga yang mencintai dan menyayangiku….
Agh, haruskah aku memilih mereka atau pekerjaanku???
Ya Allah ya robbi….kuserahkan semuanya pada Engkau,,,

Biarkan aku berteriak. Meski tak hanya sesaat dan untuk slamanya aku kan berteriak. Mencoba menerima nasib yg tak pasti. Menerima nasib yang tak kuinginkan dan menyesali nasib saT ni. Janganlah kau bungkam diriku dgn tangan panasmu, karena percuma saja aku tetap akan berteriak lebih kencang. Hingga kau membungkam diriku terlalu keras, yakinlah aku akan mengolok-olokmu dgn sejuta pisau yg tlah aku asah dgn sempurna.
Janganlah kau mengikuti langkahku karna tak smudah yg qt byangkan tx menerima kenyataN hdup ini. Ku ingin brteriak, hruskah aku mengubh prinsip hdup ini?? Dgn sbwah prinsip bru yg membwa kekacwan di masa mendtang. Hingga kini q truz brteriak, mana yg haruz kupilih...


No comments: