NavBar

Wednesday, December 28, 2011

Gue guru muda?! (part 2: masa kecil)


Sepulang sekolah (kasarnya nge-gembel), gue segera menanggalkan baju merah-putih kesayangan dan melemparnya di atas kasur berpeta. seragam gue beraksesoriskan bercak merah bekas saos tomat, yang jarang ditemukan di baju anak-anak lain. Apalagi coraknya, yang tak seputih baju mereka. Tapi gue tetep bangga, dengan baju yang berjahit tak merata, gue masih bisa mengenyam pendidikan (antagonisnya ngrampok duit emak). Tapi, terkadang sulaman emak di seragam gue membuat gue merengek sama bapak, dan selalu saja jawabannya masih membuat gue dehidrasi tingkat tinggi. “duit bapak di emak semua,”, ucapnya selaluuuuu saja. Gue yang dikenal anak pemberani, paling pantang melawan ocehan emak. “nak, duit ini buat makan besok yah, juga buat saku Bahri.....”. gunung-gunung meruntuh, puing-puingnya memecah jiwa keberanian gue buat membantah. Itu selaluuu. (apakah itu artinya gue anak berbakti?)
Ah, tak ada guna memang buat masa kecil gue itu. Yang terpenting adalah menikmati hidup bersama teman-teman kampung (tanpa -an). Di bawah terik, gue berlarian, berkejar-kejaran dan memulai aksi permainan yang memeras keringat. Saat itu permainan yang gue gemari, bermain tembak-tembakan dan pedang-pedangan ( waktu itu boneka berby belum ada,). Seperti biasa, gue memerankan power rengges hitam. Dan beberapa teman gue memerankan idola mereka masing-masing. Meski gak ada adegan power rengges bertempur dengan polisi, ataupun grandongnya mak lampir di dalam televisi, tapi bakat kita memang mencampur adukkan seadanya. Dan sebagai orang yang -pada saat itu-baik hati, gue langsung menyelusuri pekarangan rumah yang bernaungkan dedaunan pohon pisang. Tebas, tebas, dan tebas!!!. Alhasil, dari tebasan daun itu, diambillah batangnya, biasa disebut “papah pisang”. Sebagai orang yang kere-aktif, kami membentuk benda sesuai tema “perang-perangan”. 

mengingat hal itu, gue jadi pengen nyanyi versi layang-layang. Bekicot!!
Nada ¼ (tanpa kilo)
kuambil papahnya pisang,
Kupotong sama panjang
Kutekuk dan kuikat dengan tali
Kujadikan pistol-pistolan
Bermain.. berlari..
Bermain perang-perangan..
Bermain kusembunyi di semak-semak
Dan kubilang “dor!! Dor!! Dor!!
berikut, setelah semuanya siap, dimulailah dari sebuah undian.
cang-kacang panjang, yang panjang jadi!!”. tangan gue dan toni bertabrakan di tengah-tengah. pantas, tangan kami menjulur berbarengan. akhirnya, gue dan Toni menjadi partner yang bertugas mencari dua orang lawan, yakni Jono sebagai Polisi, dan roni sebagai Sahrukhan. Sedikit bercerita, tentang Jono. seperti teman sekelas gue kebanyakan, pilihannya menjadi seorang polisi begitu kuat. sedangkan roni, memang peran Sakhrukhan yang menawan membekas di relung hatinya (prettt). dia gak pernah absen tampil berlenggang-lenggong di atas panggung saat acara tujuh-belasan. tentunya lagu india!. tapi untunglah, walaupun hobynya juga menari india, dia masih tergolong anak yang normal.
“satu!! dua!!! tiga!!!..........sepuluh!!”, gue dan Toni menghitung sambil menutup mata. pada hitungan ke sepuluh, pasti Jono dan Roni sudah siap bersembunyi. kini toni yang berperan sebagai grandong tak bisa ngebantu apapun, pikir gue.
“Ton, kenapa sih elo jadi temen gue?!”
“emang kenapa?”, tanyanya penasaran.
“ya, elo kan grandong! mana ada pegang tembakan??!”
“ya gak papa... namanya juga ‘dolanan’”, ucapnya sambil meraung ala grandong, dengan sebuah pistol papah pisang digenggamannya. sedangkan wajah gue mendadak kaku.
“eh, elo nanti gigit mereka saja!”, ujar gue menyarankan.
“boleh..”, jawabnya setuju. yuks ah!”, ajaknya lagi sambil melebarkan langkah.
“eh, tunggu!!”
“apa lagi??! nanti kita keburu ditembak mereka loh,”
“gue mau berubah dulu!! kan gue power rengges??”, ucap gue kemudian.
“jangan lama-lama!!,”, jawabnya mengaung.
gue bersiap berdiri kokoh, lalu meletakkan tangan di pinggang, lalu berteriak, “kepada kekuatan macan berilah kekuatan, berubahhh!!!! power rangers!!! yaaaa!!!!.gue seorang power rengges sekarang.
“eh, rengges hitam bukan macan tau!”, sergah Toni mengganggu konsentrasi
Dengan membusungkan dada, gue berkata yakin, “namanya juga ‘dolanan’”.
Toni terkekeh merasa terjebak di perangkapnya sendiri. “yuks, cepetan dikit!”, ajaknya melebarkan langkah.
“bahri!!!!!!!!”, teriakan lantang memekikkan telinga gue saat kami melintasi rumah hijau berlumut.
“eh, ada yang manggil elo Ri,” ujar Toni kemudian menghentikan langkah.
“bahri!!!! gitu yah?!!”, teriak seseorang lagi. Toni ngacir menjauhi gue tanpa kata. kemudian aku melengos ke arah suara. gue menyaksikan seorang wanita muda tengah berdiri di teras rumah berlumut itu. matanya melotot merah, tangannya dilingkarkannya di pinggangnya. “kalau main itu ingat waktu! kamu harus tidur siang, nanti malam kudu belajar!!”, ucap wanita itu lagi. “masuk!”
gue langsung menunduk, lalu masuk mengikuti instruksinya. selalu saja begini. mbak Erna. kakak gue yang paling garang ini, berbeda dengan kakak-kakak temen gue.
“itu apa?! buang!!”, perintahnya lagi menunjuk ke arah benda yang kupegang. seketika, pistol itu gue lempar ke arah halaman. “eh, sembarangan! buang di tong sampah tau!”, teriaknya lagi.  setelah instruksinya gue jalankan, segera gue menuju ke kamar. wanita itu masih mengikuti langkah gue. power rengges sedang galau. dalam perbaringan di atas kasur, gue hanya bisa membayangkan tiga orang Toni, Jono dan Roni sedang asik bermain perang-perangan. huft..
“er.. jangan galak-galak sama adikmu itu, kasihan kan?”, ucap seseorang di luar kamar gue terdengar lirih.
“bukan galak mak, tapi tegas. kan biar Bahri istirahat, terus bisa belajar malamnya. nah, kalau main terus, gak istirahat siang, terus malamnya pas waktu belajar malah ngantuk,”, jawab seseorang lagi menerangkan. dari suaranya gue tahu kalau itu mbak Erna.
“iya, tapi ngomongnya dihalusin sedikit,,”
“Bahri sudah kelas lima juga mak. bentar lagi dia kelas enam. ujian juga,”, lanjut mbak erna lagi,
“ya sudah... pokoknya jangan sampai bikin dia nangis saja,”
“iya..”
“emak mau ke pekarangan dulu, jaga adikmu..”
“iya,” jawab mbak Erna. “eh, ke pekarangan mau ngapain mak??”
“mau ambil daun buat bikin ketupat. itu loh, makanan kesukaan adikmu, si Bahri,”
haaaahhhhhh?!!!! daun??!!!? (zoom ke wajah gue, please!!)
........zzzzzzzzzzzzzzz......

No comments: