NavBar

Monday, May 11, 2015

Cerita Pendek Anak "Awas setan!!"

Di depan sebuah cermin, Putri tampak sedang berputar-putar ceria. “Cocok!”, katanya penuh percaya diri setelah beberapa baju pesta di lemarinya telah ia coba. Kemudian, diambilnya sisir di atas meja samping tempat tidurnya. Sambil menyisir, ia menghadap cermin  kembali. “cantik..”, katanya lagi. Cekungan di pipinya juga terlihat semakin dalam ketika senyumnya mengembang.
“Putri.. cepat sayang..”, suara dari luar menghentikan sisiran rambut perempuan yang berumur sepuluh tahun itu.
Tangannya kemudian meraih kotak kado di atas kasurnya segera. “Iyya mah...”, katanya sambil berlari keluar.
Di dalam mobil, senyumannya hampir tak pernah usai. Dengan kotak kado yang dipeluknya, ia terus membayangkan acara pesta ulang tahun Dina, teman dekatnya.
“Wah... nanti ada apa saja yah??”, pikirnya melayang. Bayangan kue ulang tahun, snack, dan minuman segar sudah membayangi pikiran Putri. Sepertinya dia berharap mendapatkan makanan yang lezat itu.
Beberapa saat kemudian, laju mobil mulai melambat. Mama Putri kelihatan pusing untuk menempatkan mobilnya. Karena sudah banyak mobil tamu yang berjajar memenuhi halaman rumah Dina. Sedangkan pikiran putri masih melayang dibuat penasaran oleh aneka hidangan dari pesta ulang tahun Dina.
Selesai memarkirkan mobil, dengan sigap Putri meraih tangan mamanya lalu ditariknya menuju pintu rumah Dina. “Mah, cepetan sedikit dong.”, pungkasnya sambil menggenggam kotak kado di tangan kirinya.
Sesaat setelah sampai di bibir pintu, Dina langsung menyambut Putri. Demikian juga dengan Putri yang langsung mengucapkan selamat pada temannya itu sambil menyerahkan kado darinya. Kepada sahabat dekatnya, Dina lantas mengajak Putri untuk segera menghadap ke depan kue ulang tahunnya yang berhias lilin dengan ukiran angka sepuluh. Wah... begitu terkejutnya Putri ketika melihat kue ulang tahun yang sudah berdiri tegak di hadapannya itu. “Din... ku..kue ulang tahunnmu besar sekali..??”, katanya tergagap setengah tak percaya.
Selamat ulang tahun...selamat ulang tahun. Begitu bunyinya, nyanyian ucapan selamat berdendang menyemarakkan pesta ulang tahun Dina. Kemudian dilanjutkan dengan nyanyian meniup lilin. Dan terakhir....... “Wah, ini dia yang aku tunggu-tunggu!”, kata Putri dalam hatinya. Lalu dengan iringan lagu potong kue, Dina segera mengambil pisau bergeriginya, dan dengan yakin ditancapkannya pisau itu di atas kuenya, hingga terpotong menjadi sedikit bagian.
Suara tepuk tangan beriringan menjelang akhir acara. Dan tiba saatnya, waktunya untuk makan-makan. Dihadirkan lagi oleh ayah Dina beberapa potong kue yang sangat lezat dan menggugah selera. Setelah diperkenankan, semua tamu undangan yang kebanyakan teman sebaya Dina mulai meraih hidangan. Tak berbeda dengan Putri, yang dengan sigapnya meraih potongan-potongan kue tersebut.
Dari kejauhan, Dina yang sedang sibuk membuka kado ulang tahunnya sesekali memperhatikan teman dekatnya. Dilihatnya kedua tangan Putri penuh dengan kue. Wajahnya terlihat kebingungan menatap gundukan di kedua tangannya itu.
“Yang mana dulu nih,”, ucap Putri dalam hati. Pikirannya gamang dan bingung untuk menentukan kue mana yang harus dimakannya. Lalu... setelah beberapa menit berlangsung, tangan kiri Putri mulai didekatkan ke bibir merahnya, kemudian membukanya perlahan-lahan. Sepertinya ia memutuskan untuk melahap kue yang ada di tangan kirinya duluan.
Tapi, tiba-tiba.....
“Putri!”, seru salah seorang. Beberapa tamu undangan terhenti seketika oleh suara tersebut. Termasuk Putri, yang mengurungkan niatnya untuk melahap kue di tangan kirinya. Semburat wajahnya terlihat kaku setelah mendengar namanya disebut.
“Ada apa?”, tanya Putri dengan tatapan kosong.
“Kamu ini,”, sergah Dina yang sudah berdiri dihadapannya. “Aku tidak ingin berteman dengan setan!”, lanjutnya tegas.
Beberapa pasang mata tamu tampak memperhatikan obrolan mereka dengan serius. “Maksud kamu?”, tanya Putri setengah bingung. Mendadak selera makannya hilang seketika.
“Yap! kamu tadi hampir makan menggunakan tangan kiri. Kamu tentu masih ingat betul kan, apa yang dikatakan oleh pak Abdul?”
Putri menelan ludah. “Yang man..na?” , katanya tak mengerti.
“Bahwa, makan dan minum menggunakan kanan kiri adalah kesukaan setan. Aku tidak mau, kamu menjadi seperti....”
Tak lama, ucapan Dina disambut dengan kekehan kecil.
“Ah, kamu ini bisa saja,”, potong Putri dengan tersenyum berbeda makna. “Aku tentu ingat betul pesan dari pak Abdul itu. Dan tadi, aku kan Cuma mau mencium kuenya saja,”, lanjutnya lagi mengelak.
Hap..hap..hap.. dengan lahap Putri menggiling kue di genggaman tangan kanannya dengan giginya segera.
“Haha... kamu ini,”, tawa Dina menutup obrolan.
Hemm.... ucapan Dina memang betul juga. Jangan lagi-lagi deh, gara-gara makanan aku melupakan aturan makan. Pertama..membaca doa, kedua jangan sampai menggunakan tangan kiri. Hiiiiii..... itu kan kebiasaan setan!, Ucap Putri dalam hatinya lagi.

oleh Tarmudi
cerpen anak 8

No comments: